Rabu, 03 Juli 2013

De Sade dan Bulan Terbenam

"Manusia masa sekarang itu sadis", gumamku.
Dika menyahut, "ah, kau itu berlebihan, Mar"
Dika memang begitu, selalu menganggap remeh kata-kataku, baginya tidak ada pemikiran dan pendapatku yang bernilai, semua hanya omong kosong baginya.
"Kau itu yang munafik, naif !", selorohku. "Tak melihatkah kau manusia telah berevolusi menjadi sedemikian sadisnya, sadis pada diri sendiri, sadis pada orang lain. Dan mungkin tindakan Oppenheimer, sang inisiator bom atom "little boy" penghancur Hiroshima dan Nagasaki itu benar adanya, kesadisan manusia hanya bisa dihentikan dengan kesadihan yang lebih besar, jauh lebih mengerikan dari apa yang pernah dibayangkan manusia".
"Dan setelahnya, Oppenheimer justru mengutuki dirinya sendiri, menyebut dirinya sebagai penghancur", tukas Dika.
"Tapi, bukankah itu juga sistem yang diterapkan Tuhan, Dik? jika manusia tidak bisa diingatkan dengan musibah-musibah kecil, maka Tuhan menghantamkan musibah besar, mengerikan, di luar apa yang bisa dibayangkan manusia. Dan setelah itu, lihatlah! manusia kembali mengingat Tuhan, menangis, merintih, memohon pertolongan dan perlindungan dari Tuhannya", aku berkilah.
"Tapi itu Tuhan, sebagai Sang Pencipta, Ia punya hak prerogatifnya, tak sepantasnya kau menyamakan sistem bedebah penjahat kemanusiaan itu dengan sistem-Nya", pungkas Dika, kali ini dia ada benarnya.

"Sebenarnya aku takut Dik, menurutku manusia telah melampaui batas, termasuk diriku sendiri. Aku masih bergidik tiap kali mengingat tulisan tentang De Sade di suatu artikel.
~~bersambung dulu ah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar